Rabu, 03 September 2014

Gili Trawangan, Surganya Bule dalam Indonesia

Ketenaran Gili Trawangan sudah terkenal, bahkan tidak kalah serta Bali. Bahkan, turis asing seringkali mendominasi turis lokal dalam Gili Trawangan layaknya surganya turis asing dalam Indonesia. Pulau gili Trawangan menjadi tujuan destinasi berwisata awal yang wajib dikunjungi. Sambil menunggu menyambut teman saya yang bakal jadi teman perjalanan menuju Gunung Rinjani. Pukul 07.45 WIB kereta Sri Tanjung meraih saya dari Yogyakarta menuju Banyuwangi. Kereta Sri Tanjung telah tak asing untuk saya. Sebelum kereta itu ber-AC, saya sudah beraneka kali merasakan perjalanan bersamanya. Sekota pukul 21.00 WIB, kereta selesai pada stasiun terakhir pada kota Banyuwangi.
Berjalan kaki sekota sepuluh menit, saya bersama bermacam anak muda Lombok dengan Bali segera menuju pelabuhan Ketapang. Bersyukur tak perlu wajib menunggu kami langsung ke kapal penyeberangan ke pelabuhan Gilimanuk, Bali sehabis merekrut tiket. Perjalanan dalam bertemu kapal lebih kurang 1 jam. Di tengah perjalanan, berbagai penumpang sempat terkejut mendengar suara benturan sengit . Rupanya kapal yang saya naiki pernah bersenggolan juga kapal lain entah apa penyebabnya.

Dominan satu kali saya lihat kapal yang lalu lalang di tengah selat Bali malam itu. Mungkin sebab jelang Lebaran, selanjutnya lintasnya menjadi padat. Satu kota pukul 24.00 WITA kapal bersandar dalam dermaga pelabuhan Gilimanuk. Saya dengan rombongan segera bergegas menuju Terminal Gilimanuk untuk menggilai angkutan menuju pelabuhan Padang Bay.

Kami mendekati suatu bus kecil yang sepertinya bakal segera berangkat serta memperhatikan seorang pemudi sedang bernegosiasi cukup alot dengan kondektur atau mungkin calo. Uniknya, untuk menawar harga yang agak mahal dia dengan temannya menuturkan kalau kami serta rombongan mereka. Akhirnya ongkos disepakati 50 ribu rupiah. Tidak jauh dari perkiraan saya sebelumnya.
Setengah perjalanan saya ngobrol dan salah satu teman rombongan, setengahnya lagi tidur, mengingat sungguh sudah saatnya tubuh wajib istirahat. Satu kota pukul 04.00 WITA kami tiba di pelabuhan Padang Bay. Kami berniat menggandrungi warung untuk istirahat minum minuman hangat sambil menunggu kapal yang akan berangkat.

Pelabuhan masih sepi, saya sekedar atas juga satu bapak yang menjual nasi bungkus. Sebungkus nasi saya habiskan untuk sarapan pengganti makan malam. Tidak lama kemudian, kami masuk ke kapal ke pelabuhan Lembar. Salah seorang teman mengajak demi istirahat pada dek wajib bersua sambil menunggu sunrise. Angin kencang juga awan yang tebal membuat saya bukan percaya dapat menggunakan indahnya pemandangan sunrise pada atas kapal.

Tetangga pukul 11.00 WITA, sehingga saya tiba pada pulau Pulau Lombok. Seusai hampir 1 jam kapal mengantre bersandar. Pada pelabuhan Lembar saya berpisah juga rombongan. Pergi dari pelabuhan, saya berjalan menuju alternatif raya demi menggilai angkot ke terminal Mandalika juga yang lain ke Pulau gili Trawangan. Pada perjalanan menuju terminal Mandalika saya melongok tetap dominan pura. Tak salah memang jika pulau Pulau Lombok selalu bersaudara serta pulau Bali, bagaimanapun mayoritas penduduknya beragama Islam.
Selingkungan pukul 14.00 WITA saya tiba pada pelabuhan Bangsal . Selepas merekrut jatah tiket kapal, saya menuju kapal yang sudah dikatakan menurut penjual tiket. Pelabuhan Bangsal yaitu lokasi penyeberangan menuju menuju Gili Meno, Gili Air, juga Gili Trawangan. Gili Trawangan jadi tujuan yang wajib ramai dikunjungi.
Tidak berapa lama, awak kapal berteriak memanggil semua penumpang yang akan ke Gili Trawangan, persis setelah berita dari pihak penjual tiket yang memberitahukan kalau quota penumpang terpenuhi. Tiga puluh menit selanjutnya, sehingga saya mendarat pada Pulau gili Trawangan yang keindahannya telah populer setelah ke luar negeri. Kesan awal sesaat seusai menginjakkan kaki dalam pulau kecil itu yaitu, ramai hanya sekali.

Sambil menggendong backpack saya berjalan mengelilingi jalan-jalan pada pinggir pantai Gili Trawangan, sambil menyukai spot demi snorkeling besok pagi dari referensi yang telah saya baca. Dari perhitungan google maps, berjarak hanya selingkungan 7 km, cukup untuk pemanasan kaki persiapan mendaki gunung Rinjani. Sepanjang perjalanan saya lebih sangat banyak menghadapi turis-turis mancanegara dari dalam sesama negeri sendiri.

Saya yang berjalan seorang diri benar-benar rasanya asing seolah berada tak dalam Indonesia. Dari apa yang di cermati dengan didengar, mendalami pernah saya membicarakan suasana semacam itu. Mungkin sudah terlambat saya asal kesini. Kenapa bukan dari dulu sebelum terkenal ke semua lapisan didunia. Itulah kesan kedua saya. Sungguh turis-turis internasional tersebut adalah yaitu publik Gili Trawangan, sementara warga lokalnya kebanyakan pengusaha atau penjual jasa. Semoga mereka dapat bekerja sejenis menjaga kelestarian alam Pulau gili Trawangan.

Hampir setiap pantai bagian timur yang saya lihat ramai sekali dengan event orang, maksimal yang tampil dalam air atau cuma duduk atau tidur dalam menghadapi pasir. Sedangkan bagian sebelah barat makin sangat banyak kafe saya jumpai, tidak banyak orang tampil dalam laut. Sehabis seorang setengah jam berjalan, saya akhir dalam sebuah pondok dalam pinggir pantai untuk memakai dengan mengabadikan moment sunset. Wow, memang indah!

Langit yang bersih berselaput lembayung senja, dengan bulatnya matahari yang perlahan-lahan turun menuju peraduan malam benar-benar pemandangan sunset yang sempurna. Semoga sunrise esok pagi dan sempurna. Perjalanan saya lanjutkan ke sisi timur pantai demi menyukai lokasi nge-camp menunggu sunrise.

Setelah berjalan lebih kurang satu jam, saya menemukan lokasi yang pas dalam pinggir pantai. Sepi dari keramaian, namun masih dekat juga rumah penduduk. Seusai memanfaatkan makan malam nasi urap khas Gili Trawangan, saya segera beristirahat untuk memulihkan tubuh. Pukul lima pagi saya bangun dengan segera membereskan tenda. Telah sangat banyak orang beraktifitas pagi ini, jogging, alternatif kaki, atau bersepeda keliling pulau.

Pagi yang cerah, gumpalan-gumpalan awan minor menggantung dalam langit, dan Gunung Rinjani nun jauh disana diterangi bulatnya si mentari yang beranjak dari peraduannya. Oh, indahnya pagi ini. Saya bersyukur berhasil menggunakan sunset dan sunrise di lokasi yang terbaru saya singgahi pembuka kali. Jadi bersemangat demi memulai kegiatan hari itu.

Saya segera menggandrungi tempat penyewaan alat snorkeling demi menggunakan alam bawah laut Gili Trawangan yang telah populer. Hampir setiap lokasi persewaan menawarkan trip snorkeling sebanyak 3 spot, tetapi saya sungguh sudah berniat demi snorkeling di pinggir pantai saja, mengingat waktu yang terbatas. Sehabis alat yang cocok saya mampu, segera saya berjalan ke menuju arah selatan sisi timur pulau gili mencari hotel Vila Ombak.

Kepada ceritanya kurang lebih 50-100 m dari Pantai Vila Ombak, pemandangan bawah lautnya amat apik. Bukan lama berjalan, saya melongok dominan gazebo-gazebo berdiri di pinggir pantai juga papan nama Villa Ombak. Saya segera menuju pinggir pantai mencintai tempat yang teduh demi menjalankan pengamatan. Ombak masih cukup tinggi dan mempelajari berada orang tampil di laut, saya ragu untuk segera berenang.

Saya berjalan kembali menuju menuju selatan, namun serta selalu mengamati menemui event di pantai. Mungkin masih pagi, realitasnya telah pukul 10 lebih. Saya berjalan kembali menuju arah utara juga sehingga saya melihat berbagai turis asing bersiap berangkat juga kapal demi diving. Telah berada aktivitas berarti, mulai terjun menuju laut.

Memang benar datangnya, kira-kira 50-100 m dari pantai, pemandangan bawah laut Pulau gili Trawangan masih eksotis, tidak butuh sewa kapal. Di berbagai tempat kapal bersandar, alam bawah lautnya selalu terjaga. Bermacam berbagai terumbu karang serta ikan membuat saya betah berenang kesana bergabung, tak takut gulungan ombak setinggi 1 m yang kadang mengombang-ambingkan tubuh. Memang sangat mengagumkan. Sukses mengobati rasa keterasingan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar